• edies adelia


    Edies Adelia baru beberapa bulan memakai jilbab, perilakunya semakin alim dan religius. Saban hari mencerminkan seseorang yang tidak nakal lagi, lebih banyak waktunya dihabiskan untuk menekuni dunia akhirat, dan yang pasti pengin berbuat kebajikan. Namun semuanya itu harus dibayar mahal, naluri seks yang mengebu kini harus ditahan tahannya. Jilbab seakan akan menjadi penghalang untuk berekspresi lebih bebas, siapa tidak ingin menjadi manusia yang bebas walau dalam kehidupan yang tidak bebas ini. Walau selalu mengaku, semenjak memakai jilbab dirinya merasa menikmati, namun dalam urusan seks yang kian terbatas, karena kesibukan suaminya, juga aturan baku yang dalam urusan seks lebih mengarah hanya kewajiban belaka sehingga naluri dan fantasi seks tertahan di benak kepalanya, dulu sebelum memakai jilbab kelakuannya bebas, menikmatinya namun kini dengan balutan jilbab kebebasan itu sudah tidak didapatkan lagi. Sayangnya, entah kenapa Edies Adelia bertemu denganku ketika aku secara tak sengaja berada di sebuah studio, padahal aku juga tidak ada maksud datang ke studio itu yang nyatanya hanya berisi beberapa orang karena pada sibuk shooting di luar kota.
    Awalnya aku tidak tahu kalo itu Edies Adelia karena beberapa bulan yang lalu aku bertemu dengannya tidak berjilbab, namun kini dengan balutan jilbab itu, kecantikannya justru malah memukau, apalagi dengan pakaian gamisnya itu, menambah keanggunan dan keseksiannya, kubayangkan selingkuhku dengan beberapa artis berjilbab yang sangat menarik minatku untuk memburu artis berjilbab lagi, begitu sangat sopannya di luar, namun di ranjang mengerang penuh kenikmatan dengan masih berjilbab.
    “Haaaan .. Burhaaaan “ panggil Edies Adelia ketika aku sedang suntuk dengan netbook, aku tak menyadari kalo itu Edies Adelia.
    “Siapa ya “ tanyaku dengan seksama.
    “Owalaaah .. kamu Edies .. gila maaah .. duh tambah cakep kamu “ pujiku dengan memandangnya sambil tersenyum plus mupeng alias muka pengin.
    “Kok sepi sih Haan .. kemana nich orang orang “ tanya Edies Adelia dengan menggeleng gelengkan kepalanya.
    “Tumben kamu jilbaban Edies “ tanyaku heran sambil duduk di sampingnya, uh bau wangi tubuhnya menusuk hidungku.
    “Iya deh .. demi kebaikanku donk .. “ ucap Edies Adelia dengan tersenyum.
    “Kau tambah cantik. Edies .. malah aku jadi kesengsem nih “ godaku yang dijawab dengan melototnya mata Edies Adelia itu.
    “Kamu sejak dulu memang jahil, Han .. “ balas Edies Adelia dengan mengibaskan tangannya karena mulai panas di ruangan itu.
    Mendadak beberapa pegawai pulang, tinggal satu sekretaris yang memanggilku. Anita mengatakan akan pergi ke tempat shooting yang jaraknya di luar Jakarta, Anita justru tidak keluar lewat depan, namun lewat belakang, naluri seksku langsung kambuh, bagaimana menggarap Edies Adelia ini, kebetulan tinggal aku berdua dengan Edies Adelia di studio ini. Sekeluar Anita aku langsung mengunci pintu belakang, segera aku membuka tasku dan kuambil obat perangsang agar bisa menjebak Edies Adelia berbirahi denganku. Kubawa minuman teh manis itu ke depan, ruangan sofa yang bagian depannya sudah ditutup, sedang bagian samping merupakan ruangan terbuka, namun masuknya tetap dari ruangan tengah. Kuberikan minuman itu di meja
    “Waah .. kamu kok repot repot sih .. aku nggak lama kok ..” sahut Edies Adelia dengan tersenyum
    “Ndak apa apa .. aku juga hendak pulang .. istirahat dikitlah .. jalanan jakarta jam segini juga macet “ kataku diplomatis untuk menahan Edies Adelia agar tertahan dan meminum minuman yang kuberikan, kutenggak juga gelas yang aku bawa.
    Obrolan demi obrolan kami menyangkut masalah pekerjaan di mana aku sering membantu di studio yang sering membuat sinetron gombal ini, walau aku tidak suka sinetron namun karena tuntutan pekerjaan maka kulakoni juga sekalian berburu artis yang gemas berselingkuh.
    Edies Adelia membenahi jilbabnya warna merah muda itu dan tersenyum padaku
    “Eh Haaan .. aku mau tanyaaa .. tapi aaah .. “ tanya Edies Adelia dengan suara yang mulai tak teratur karena pengaruh obat perangsang itu, dosisnya aku atur dalam jangka sepuluh menit akan merasakan khasiatnya
    “Tanya apa Mbak .. soal seks ya “ pancingku membuat Edies Adelia menjadi terkejut
    “Iyaa .. eeeh tidak aah . anuu .. soal komputer “ ralat Edies Adelia yang semakin kacau, panas tubuhnya semakin membakar gairahnya.
    “Kenapa nggak tenang Mbak .. panas ya .. apa Mbak Edies geraaah “ tanyaku dengan mendekatkan tubuhku agar lebih dekat, Edies Adelia sendiri juga tidak menyingkir, malah memijit kepalanya
    “Aku sedang .. tak enaak badan nich .. uuh .. Haaan .. gimana yaa akuu mau minta tolong .. tapi aaah “ ujar Edies Adelia semakin bingung. Aku langung ambil inisiatif memandangnya dengan tersenyum sampai membuat Edies Adelia terkejut dipandangi dengan tersenyum itu, Edies Adelia menjadi malu dan tangannya meremas sofa itu.
    “Kau cantik dengan balutan jilbab Mbak Edies .. kau makin seksi kok .. sungguh “ kupuji puji itu membuat Edies Adelia malah melambung dan tersenyum, minuman itu ditengguk sisanya, namun badannya kian panas. Aku terus mendekat sedikit demi sedikit, Edies Adelia memejamkan matanya merasakan panas tubuhnya, apalagi rangsangan dari minuman itu kian menggerogoti tubuhnya, kugenggam tangannya, Edies Adelia menjadi terkejut
    “Tenang Mbak Edies .. rilekslaaah .. aaaku akan membuatmu rileks “ kataku dengan memijit lengannya itu. Edies Adelia kemudian merebah, jilbabnya diatur sebentar kemudian memejamkan matanya, pelan pelan aku memijatnya, kupegang tangannya.
    “Pejamkan matamu .. jangan dibuka .. hembuskan nafasmu pelan pelan “ perintahku yang bertujuan aku agar bisa menggiring tangannya agar menyentuh pada selakanganku, pelan pelan sambil kupijit itu tangannya semakin dekat dengan selakanganku. Edies Adelia tetap tidak tenang
    “Uuh Haaan .. rasanya panas “ keluh Edies Adelia
    “Tenang Mbaaak .. sedikit lagi .. kau sungguh sangat menggairahkan Mbak dengan berjilbab “ rayuku membuat Edies Adelia membuka matanya namun dipejamkan kembali
    “Iyaa Haan .. eeeh masaak sih “ ucap Edies Adelia tak karuan, kubawa tangannya semakin dekat dan akhirnya nemplok di selakanganku yang ngaceng itu, kontan saja Edies Adelia langsung membuka matanya, sialnya tangan Edies Adelia langsung merengut batangku tak sengaja
    “Iiiiiiiih . apa apaan ini .. “ selidik Edies Adelia dengan terkejut, namun aku sudah tidak tahan lagi, kuserongkan kepalaku dan langsung melumat bibir Edies Adelia, kupegang kepalanya yang berjilbab itu. Sangat kontras, jika mengerang erang berjilbab ketika memeknya kucoblos akan sangat indahnya. Tangannya masih nemplok di selakanganku
    “Oh Haaan … aaaaaaaahh .. “ jerit Edies Adelia dengan mata tertutup kemudian. Edies Adelia justru malah menanggapi lumatanku itu akibat pengaruh obat perangsang. Pelan pelan aku mengendurkan lumatan menuju pagutan, Edies Adelia menikmati pagutan itu dengan memejamkan matanya, kupagut dan kumainkan lidahku. Tiba tiba Edies Adelia terkejut ketika ada yang menggerayangi dadanya, kontan saja membuka matanya lalu mendorngku
    “Haan .. apa apan ini .. dosa aaku . aku muslimaah .. jangan Han “ tolak Edies Adelia, namun aku tidak mundur, kupeluk dan kuhujani dengan pagutan lagi, kuremas buah dadanya kembali, besarnya buah dadanya itu yang membuatku semakin bernafsu, kenyal dan enak sekali.
    “Haan aaaaaaah .. enaaak Haaaan .. teruus .. uuuuuuh “ kembali Edies Adelia terangsang, aku semakin nakal.
    “Aakan kuberikan kenikmatan surgawi, Mbak Edies, sayang “ rayuku semakin menggila. Edies Adelia kini semakin tenggelam dalam lautan asmara, kutekan dan kutinih tubuhnya. Edies Adelia membuka matanya
    “Haan … jangan .. jangan lakukaan .. please .. “ tahan Edies Adelia yang di mana tanganku sudah masuk ke dalam rok panjangnya menerobos sampai di celana dalamnya, kurasakan jembutnya itu
    “Uuuh .. enaak Haaan .. uuh “ lenguh Edies Adelia ketika dengan nakal aku mengelus dan menekan nekan vaginanya yang membasah itu
    “Marilah bercinta denganku, Mbak Edies “ kataku pada wanita berjilbab ini, Edies Adelia membuka matanya.
    “Iya Haan . uuuh .. penismu gedhee “ ungkap Edies Adelia dengan tak karuan, racauan mulutnya sudah keluar dari logika, kutahan tubuhnya sebentar, kuberikan pagutan lagi, lalu aku langsung berdiri, kubuka celanaku dengan cepat, Edies Adelia masih terpejam merasakan panasnya birahi itu, aku menarik tangan Edies Adelia dan duduk lalu membuka matanya, di depannya sudah tersaji penisku yang ngaceng. Edies Adelia sampai melotot melihat penisku yang besar itu, kepalanya menggeleng geleng, namun matanya tak berkedip, kudorong belakang kepalanya yang berjilbab itu.
    “Kulum Mbaaak .. enaak kok .. ayo deeeh .. besar khan kontolku “ kataku jorok. Kutarik tangannya dan kembali kuarahkan penisku. Edies Adelia kemudian tersenyum memandang batangku, nafsu seksnya naik dengan drastis. Pelan pelan kepala Edies Adelia maju dan membuka mulutnya. Kuatur jilbabnya itu agar lebih rapi kebelakang, tanganku semakin nakal meremas buah dadanya yang tertutup pakaian gamis itu. Roknya tak karuan karena aku singkapkan, kelihatan betapa mulusnya, Edies Adelia menelan batangku dengan pelan pelan, setelah telan Edies Adelia mengulum dengan pelan pelan.
    “Tahan, sayaang “ kataku dengan menahan kepala Edies Adelia, dikeluarkan batangku itu, aku kemudian duduk, kuelus pahanya itu Edies Adelia pun kemudian membungkuk.
    “Ssssh .. sssssshh .. enaak aaaaaaaah .. teruus kulum .. kontolku sayaang . kau benar benar menggiarahkan berjilbab sambil kulum kontol “ kataku dengan menarik kuciran jilbabnya agar tidak ke depan, aku semakin terlanda birahi, namun aku menahan untuk mengontrol nafsuku agar bisa bercinta dengan Edies Adelia lebih lama.
    Pelan pelan batangku kini diisep oleh Edies Adelia yang sudah terbakar birahi, kehormatan sebagai seorang istri kini telah disingkirkan, kubuka bajuku pelan pelan dan aku bertelanjang dada. Hanya celanaku melorot sampai lutut.
    “Teruus Mbaaak .. Mbak Edies benar benar cantik deeh ..makin cakep dengan berjilbab .. makin merangsang “ rayuku semakin menggila membuat Edies Adelia semakin cepat mengulum batangku itu. Pelan pelan Edies Adelia kini semakin instan mengulum batangku, aku semakin nakal dengan mengelus pahanya, menaikan tangan kiriku
    Kutahan kuluman itu, lalu aku menghujani dengan pagutan kembali, Edies Adelia memejamkan matanya menikmati pagutanku.
    “Sssssssssshh ssssssssssssssssssshhh ssssssshhh hhhh “ desis Edies Adelia dengan suara yang terdengar jelas, bibirnya sampai bergetar merasakan kenikmatan pagutan kami. Kudorong tubuhnya lagi dan aku langsung mengangkat pantatnya, kutarik celana dalamnya, tiba tiba setelah tertarik celana dalamnya itu,
    “Haaan .. jangan Haan .. apa apaan ini “
    “Sudahlah sayaaang .. nikmati saja “ kataku dengan menaikan roknya dan langsung kuserbu vaginanya itu. Edies Adelia kemudian memejamkan matanya lagi
    “Ooh Haan .. enaaknya aaaaah aaaaauuh teruus Haan .. teruuus “ ucap Edies Adelia kembali terlanda birahi. Antara sadar dan tidak sadar bercmpur menjadi satu, kukuliti vaginanya dengan membungkuk, Edies Adelia sampai berdegup kencang merasakan oralku yang dengan cepat mengorek itu. Edies Adelia sampai menggeliat tak karuan, tubuhnya sudah mulai membasah tak karuan itu.
    “Haan .. nakaal aah .. eeenaak .. teruus, sayaaang eeeh .. aaah ssssssshh sssssshh aaaaaauh “ lenguh dan erang Edies Adelia yang jilbabnya kini semakin tak teratur akibat gelengan kepalanya itu, namun dengan sigap tanganku naik memegang kepalanya, kubenahi sebentar namun agak susah juga, bibirku masih bermain di vaginanya yang sangat basah itu, apalagi celana dalamnya nemplok di lututnya itu.
    Kupagut lagi bibirnya setelah Edies Adelia mengerang merasakan oralku
    “Mari Mbak Edies .. kontolku siap mencoblos memekmu “ bisiku yang dijawab membuka matanya
    “Jangan Haan .. jangan “ tolak Edies Adelia itu
    “Enaaak .. copot celdamu sayaaang .. ceepet aaah “ tarikku pada tubuh Edies Adelia yang kini berdiri, kutahan roknya agar tidak terjatuh. Aku langsung mengangkat kakiku, menekan celana dalam itu. Mata Edies Adelia sendiri masih memandang dengan mata membesar itu batangku itu. Aku sampai mengocok dengan cepat agar batangku semakin ngaceng. Celana dalam itu akhirnya tertanggal dari mata kakinya
    “Naikan aku Mbaak .. pengin mencoblos memekmu “ ajakku dengan memangku Edies Adelia yang mengangkang itu
    “Haaan .. pleasee .. ini dosa aaaaaaah aaaaaaaakuu aaaaah … “ elak Edies Adelia tak kuat menahan birahinya, pelan pelan selakangannya mendekat dengan penisku, kupegang batang, tanganku masuk ke gamisnya meremas buah dadanya membuat Edies Adelia semakin meresapi birahi lebih dalam, tubuhnya menggeliat, namun Edies Adelia kemudian menekan membuat batangku mulai menerobos.
    Tangan kiriku merapikan jilbabnya
    “Tekan Mbaaak “ ajakku yang disambut dengan tekanan selakangan Edies Adelia itu, batangku mulai tenggelam dan Edies Adelia merasakan kesakitan
    “Sakit Haaan duuuuuh .. aaaaaaaaaauh “
    “Tenang Mbaak .. wanita seindah dirimu yang berjilbab akan nikmat ketika menggenjotku “ rayuku lagi, kutekan batangku ke atas.
    “Iyaa Haan .. aaoh .. batangmu gedhe Haaan “
    “Kontol namanya Mbak .. “ sahutku
    “Iyaa kontol .. aaah jorok aaaaaah .. nggak maauu “ sahut Edies Adelia semakin tak karuan.
    Desakan tekana itu semakin besar, vaginanya bak ular yang menelan mangsa, ukuran mangsa yang besar itu bisa tertelan dengan pelan pelan, luar biasa vagina Edies Adelia yang sempit membuka dengan pelan pelan tertutup roknya itu. Jeritan Edies Adelia semakin menggila, namun lama lama kesadarannya pulih, namun rangsangan birahi masih membelenggunya, kutekan pinggangnya membuat batangku semakin melesak lebih dalam
    “genjotin pelan pelan “ ajakku yang disambut genjotan itu, akibatnya batangku melesak lebih dalam
    “Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaw “
    “Aaaayoo genjot teruuus “ ajakku
    Edies Adelia semakin menggenjotku, batangku luar biasa diperas dalam vaginanya, Edies Adelia terus menggenjotku
    “Huuuh aaah .. aaaaaauh eneaaaaaaak “ erang Edies Adelia, kuhujani dengan pagutan dan lumatan dan Edies Adelia pun semakin larut dalam birahinya.
    “Aaayoo Haan .. enaaaaaak sssssshhh ..sssssssshhh uuuuuuuuh “ lenguh Edies Adelia yang naik turun dengan cepat karena tak tahan akan penisku yang mengoyak vaginanya itu, kurapikan jilbabnya agar tidak terlepas
    “kaau Haan . aaahkaaau kurang ajaaar “ teriak Edies Adelia dengan menggenjotku lebih cepat. Genjotan demi genjotan cepat itu karena Edies Adelia hendak mencapai orgasme, genjotan itu semakin menekan lebih dalam sampai mentok di dalam bagian vaginanya.
    “Haaaaaan .. nggak kuaat kuaaat .. aaaaaaaaaaaaaaaaaaaah “ erang Edies Adelia dengan menghujamkan selakangannya keras keras. Vaginanya menyempit dengan cepat, matanya terpejam erat, kepalanya mendongak ke atas merasakan orgasme, Edies Adelia membusung menegang dengan bola mata memutih. Kuremas buah dadanya dari luar gamisnya itu.
    “Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaauuuuuuuuuuuuuuuuu “ erang Edies Adelia mendapatkan orgasme dengan menekan kuat kuat ke selakanganku. Tubuhnya kemudian berkelonjotan dalam pangkuanku. Kupeluk tubuhnya yang ngos ngosan itu untuk memberikan ketenangan, kedua tangan Edies Adelia memelukku. Kurasakan vaginanya membasah banyak sekali sampai membasahi sofa itu.

0 komentar:

Posting Komentar